Sabtu, 21 Juli 2012

Batuk Pada Anak


Sebagian besar batuk bermanfaat sampai batas tertentu. Namun pada kondisi tertentu, batuk harus diwaspadai karena mungkin ada penyakit yang mendasarinya. Batuk, merupakan masalah respiratorik yang sering dijumpai sehari-hari. Batuk juga merupakan alasan tersering mengapa seorang anak dibawa oleh orang tuanya ke fasilitas kesehatan.
            Anak dapat mengalami 6-12 infeksi saluran pernapasan (ISPA) dalam setahun, umumnya disertai batuk.  Di Amerika Serikat, selama kurun waktu 1995 hingga 1996 sebanyak 24 juta kunjungan pasien ke dokter disebabkan oleh keluhan batuk. Sementara untuk asma tercatat 3 juta kunjungan. Sedangkan di Inggris, batuk yang tidak disertai gejala influenza memiliki prevalensi 28,5 persen pada anak laki-laki, dan 30,3 persen pada anak perempuan.
            Batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan respiratorik yang sangat penting yang akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair, dan berbagai benda asing lain. Batuk juga akan membawa keluar sekret berlebih yang diproduksi saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi inflamasi respiratorik. 
            Pada keadan tertentu, batuk dapat menjadi masalah. Jika batuk berlangsung berat, sering, dan lama, maka sangat mungkin terdapat penyakit yang mendasarinya. Dengan demikian, tata laksana batuk ditujukan kepada penyakit dasarnya. Penyebab batuk tersering pada anak dalam praktek sehari-hari adalah infeksi respiratorik akut (IRA) terutama disebabkan oleh virus. Beberapa ahli mengklasifikasikan batuk akut sebagai batuk yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Hal ini berdasarkan bukti bahwa sebagian besar anak yang mengalami IRA, tiga perempatnya sudah membaik dalam minggu pertama. Batuk ini biasanya bersifat tidak produktif dan self limiting, akan membaik dengan atau tanpa pemberian obat apapun. Sebanyak 94% penderita batuk akut akan membaik pada akhir minggu kedua. Sedangkan jika batuk berlangsung lebih dari 2 hingga 3 minggu maka digolongkan sebagai batuk kronik. 
            Pola penyakit respiratorik anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Misalnya, virus pada orang dewasa hanya menyebabkan penyakit ringan, seperti salesma, namun pada anak dapat menjadi penyakit yang mengancam nyawa, seperti bronkiolitis dan croup. Penyakit yang sama bisa memberi gejala klinis utama yang berbeda pada anak dengan orang dewasa. “Asma pada pasien dewasa biasanya bermanifestasi sebagai mengi, namun kadang pada anak gejala asma berupa batuk kronik berulang tanpa mengi.
           
Beberapa tipe batuk
  • Batuk seperti menyalak (barky = menyalak) umumnya disebabkan pembengkakkan pada saluran napas atas. Kebanyakan batuk ini disebabkan oleh croup, yakni pembengkakkan pada laring (pangkal tenggorok) dan trakea (batang tenggorok).

  • Croup dapat disebabkan oleh alergi, perubahan suhu pada malam hari, dan yang umum adalah infeksi saluran napas atas. Ketika saluran napas anak mengalami inflamasi, akan terjadi pembengkakkan dekat atau di bawah pita suara, membuat anak sulit bernapas. Anak di bawah usia 3 tahun cenderung terserang croup karena batang tenggoroknya sempit. Croup dapat terjadi tiba-tiba, di tengah malam saat anak tidur. Sering disertai suara keras ketika anak menarik napas.

  • Batuk rejan (whooping cough) merupakan nama lain penyakit pertusis, yakni infeksi saluran napas disebabkan bakteri bordetella pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diakhiri dengan suara keras saat anak menarik napas. Gejala lain pertusis termasuk hidung berair, bersin, batuk dan sedikit demam. Walaupun pertusis dapat terjadi pada semua usia, umumnya terjadi pada balita di bawah usia 1 tahun yang tidak diimunisasi. Vaksin pertusis yang merupakan bagian dari imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) rutin diberikan dalam 5 dosis sebelum anak berusia 6 tahun. Penting untuk mengikuti jadwal imunisasi yang disarankan oleh dokter. Pertusis sangat menular. Bakteri dapat menyebar antar manusia di udara melalui percikan cairan dari hidung atau mulut orang yang terinfeksi, yang dapat keluar karena bersin, batuk atau tertawa. Orang lain dapat juga terinfeksi karena menghirup percikan atau menyentuh mulut atau hidung yang terkena percikan.(info http://www.whoopingcough.com.au/)

  • Batuk Disertai Napas Berbunyi
Batuk disertai dengan napas berbunyi saat anak menghembuskan napas merupakan tanda saluran napas bagian bawah mengalami pembengkakkan. Ada juga kemungkinan, pada anak yang masih kecil, saluran napas bagian bawah terhalang oleh benda asing atau lendir karena infeksi pernapasan.

  • Batuk di Malam Hari
Banyak batuk bertambah buruk di malam hari karena penyumbatan dalam hidung dan sinus mengalir sepanjang tenggorok dan menyebabkan iritasi ketika anak berbaring. Ini menjadi masalah jika anak anda menjadi sulit untuk tidur. Asma juga dapat memicu batuk di malam hari karena saluran napas cenderung menjadi sensitif dan mudah teriritasi pada malam hari.

  • Batuk Disertai Demam dan sesak nafas
Jika anak anda batuk, sedikit demam, dan hidung berair, kemungkinan dia terkena flu. Namun batuk disertai demam 102° Fahrenheit (39° Celsius) atau lebih tinggi dapat berarti pneumonia, terutama jika anak terlihat lesu dan bernapas dengan cepat.

  • Batuk kronik seringkali menimbulkan permasalahan dan tantangan dalam melakukan diagnosis. Batuk kronik ini sering bersifat kambuhan, sehingga orang tua perlu membawa anaknya ke dokter untuk mengetahui penyebabnya. Peran orang tua sangat penting sebagai orang yang paling dekat dengan anak, terutama jika anaknya mengalami batuk karena alergi. Batuk akan terus berulang jika anak terpapar oleh allergen, pajanan udara dingin, perubahan cuaca, debu, asap rokok, bulu binatang, akan memperburuk gejala batuk. Anak dibawah 2 tahun terutama yang tidak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bl juga rentan kena infeksi saluran nafas karena daya tahan tubuhnya yang lemah.
Pada kasus batuk kronik, dokter biasanya melakukan penggalian klinis dengan lebih seksama dan hati-hati, terutama dalam menggali pertanyaan. Penilaian klinis dapat dimulai dengan beberapa cara, misalnya melihat umur pasien, sifat batuk akut atau kronik, batuk kering atau berdahak, dan seterusnya.
Anak kecil balita biasanya belum bisa mengeluarkan dahaknya, sehingga mereka akan menelan dahak yang dibatukkannya, atau kemudian memuntahkannya. Bila gejala batuk timbul setelah peristiwa tersedak, dan kemudian batuk menetap, kemungkinan aspirasi benda asing perlu dipikirkan.
Beberapa penyebab batuk kronik pada anak adalah kelainan saluran nafas misal: tracheoesofageal fistula (adanya saluran penghubung antara trakea / saluran nafas dan kerongkongan /saluran makan), benda asing yang tersangkut di saluran nafas terutama pada batita (bayi usia kurang tiga tahun). asma. Dalam menghadapi kasus batuk kronik berulang pada anak, diagnosis banding asma berada pada urutan atas. Sulit membedakan batuk asma dan batuk kronik non asma. Namun beberapa petunjuk bisa digunakan, misalnya jika batuk timbul di luar fase IRA, yang muncul setelah terpajan dengan pencetus asma. Riwayat asma atau atopi lain dalam keluarga dapat menambah nilai diagnosis. 
Pada batuk kronik tanpa kelainan paru yang serius, pemeriksaan fisis dapat normal, tanpa kelainan khusus. Beberapa kelainan fisis yang khas, misalnya nyeri tekan pada wajah (sinusitis), ditemukan tanda-tanda alergi.
Pemeriksaan penunjang awal batuk kronik adalah foto toraks dan uji fungsi paru. Foto rontgen toraks perlu dilakukan pada semua pasien anak dengan batuk kronik. Foto lama atau foto sebelumnya juga perlu dievaluasi. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan saluran nafas bawah dan kelainan jantung bawaan.
            Jika seluruh pemeriksaan sudah dilakukan secara lengkap dan menyeluruh, namun etiologi batuk tetap tidak ditemukan, kemungkinan kriteria batuk lain perlu dipikirkan. Anak  biasa mengalami batuk psikogen atau tic. Ciri khas batuk ini adalah menghilang malam hari saat tidur atau bila perhatian pasien sedang teralihkan. Batuk ini awalnya infeksi virus respiratorik. Orang tua lalu memberi perhatian berlebih pada anaknya, hingga anak meneruskan batuknya agar terus mendapatkan perhatian lebih itu dari orang tuanya.

Batuk yang perlu dikonsultasikan ke dokter spesialis anak jika:
  • Anak sulit bernapas, bernapas lebih cepat dari biasanya, bibir, wajah atau lidah berwarna kebiruan
  • Demam tinggi (terutama pada bayi atau keadaan hidung berair; hubungi dokter anak anda jika bayi di bawah usia 3 bulan mengalami demam)
  • Bayi (usia 3 bulan atau kurang) yang batuk lebih dari beberapa jam
  • Bunyi keras ketika bernapas setelah batuk
  • Batuk berdarah
  • Terdengar suara nyaring ketika menarik napas
  • Berbunyi ketika menghembuskan napas (kecuali anda telah mengetahui cara mengontrol asma dari dokter anak anda)
  • Terlihat lesu dan kesakitan


Pengobatan di Rumah
  • Pengobatan di rumah tidak dapat menggantikan konsultasi dengan dokter untuk setiap kondisi yang telah disebutkan sebelumnya, namun ada beberapa hal yang dapat anda lakukan di rumah untuk membuat anak anda nyaman. Jika anak anda menderita asma, yakinlah anda telah mengetahui cara mengontrol asma dari dokter anak anda. Ikuti perkembangan anak anda ketika terjadi serangan asma dan berikan obat asma sesuai petunjuk dokter.
  • Jika anak anda terbangun di tengah malam dengan batuk seperti menyalak (barky cough) atau sesak napas, coba untuk menghirup uap air panas untuk membantu melegakan pernapasannya. Alat pelembab udara di kamar anak anda akan membantu dia tidur nyenyak.
  • Hindari minuman bersoda atau jeruk.
  • Jangan memberikan (terutama bayi dan anak yang baru belajar jalan) obat batuk bebas tanpa petunjuk khusus dari dokter anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar