Tanya:
Saya Mom dari Naila (16 bulan). Benarkah
terlalu banyak DHA tidak bagus untuk
anak? Apa akibatnya bila terlalu banyak
DHA? Sebenarnya untuk anak seumur Naila
berapa jumlah DHA yang diperlukan sebab
setiap merek susu formula DHA nya
berbeda? Lantas seberapa besar manfaat
yang bisa didapat untuk anak seusia Naila?
Mohon penjelasannya. Terimakasih
Jawab:
DHA ( Asam Dokosaheksaenoat) adalah asam lemak tidak jenuh
ganda rantai panjang Ώ-3. DHA merupakan lemak utama pembentuk otak, retina mata
dan jantung. DHA sangat diperlukan terutama pada periode perkembangan otak yang
sangat cepat (selama hamil – 18 bl setelah kelahiran). DHA membantu bayi untuk
mengkoordinasikan antara mata dan tangan, mengembangkan kemampuan motorik serta
meningkatkan focus / perhatian. DHA juga membantu bayi untuk tidur dengan lebih
nyenyak.
Saat
ini banyak produk makanan dan minuman untuk anak yang mendapatkan tambahan DHA.
DHA sebenarnya hanyalah komponen terkecil dari asam lemak. Tubuh anak pada
dasarnya bisa membuat sendiri sejauh ia mengonsumsi asam lemak tak jenuh atau
asam linolenat dan asam linoleat sebagai prekursornya.
Asam linolenat (Omega-3) dan asam linoleat (Omega-6) adalah
asam lemak tak jenuh berantai panjang yang menggunakan enzim sama (elongase dan
desaturase) untuk menghasilkan DHA (dari linolenat) dan AA (dari linoleat).
Keduanya bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh,
hingga harus ada asupan dari makanan. Sumber asam linoleat antara lain minyak
jagung, minyak bunga matahari, minyak kapas, minyak kacang, minyak wijen, dan
lain- ain. Sedangkan, sumber asam linoleat dan linolenat antara lain kacang
merah, kacang kedelai, minyak kedelai.
DHA yang diperlukan oleh balita dipenuhi dari air susu ibu
selain itu juga dapat diperoleh dari asam-asam lemak
esensial, dari nabati dan hewani (telur
, kedelai, ikan dan produk olahannya termasuk minyak ikan) yang dikomsumsi ibu
sejak ia hamil. Bila ibu pada saat hamil rajin mengkomsumsi lemak esensial ini,
pembentukan DHA dan AA pada bayi akan terbentuk dengan sendirinya karena
asam-asam lemak esensial ini merupakan perintis DHA dan AA. Ensim yang
berfungsi untuk proses biosintesa asam-asam lemak esensial menjadi DHA dan AA
sudah tersedia di sistem syaraf pusat dan hati di janin dan bayi.
British Nutrition Foundation, ESPGAN (European
Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health
Organization) dan FAO(Food Agriculture Organization) merekomendasikan
penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi prematur. Secara
teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk bayi
prematur.
Sedangkan Canadian Joint Working Group and US
committee dan American Academy for Pediatric belum merekomendasikan
pemberiannya pada susu formula bayi, karena keterbatasan pengalaman klinik dan
saat ini sedang dilakukan penelitian untuk jangka panjang. Terdapat beberapa
penelitian yang menunjukkan hasil bermanfaat tetapi banyak penelitian lain
menunjukkan tidak terbukti manfaatnya untuk kecerdasan bayi.
Sampai
sejauh ini, memang tak ada keharusan bagi orang tua untuk memberikan susu
dengan tambahan zat ekstra tersebut dan juga tak ada larangan karena memang
tidak berbahaya. Toh, jika kandungan tersebut tidak digunakan oleh tubuh, maka
akan terbuang dengan sendirinya. Apalagi risiko kelebihan ini kecil
kemungkinannya terjadi karena kadarnya sudah diperhitungkan. Lain hal kalau
kandungan tersebut dikonsumsi dalam bentuk suplemen misalnya, risiko kelebihan
bisa saja terjadi.
Orangtua sebenarnya tidak perlu kelewat cemas. Kasus
kelebihan DHA seperti yang dialami orang Eskimo merupakan contoh ekstrem.
Mereka mengonsumsi ikan setiap hari dalam rentang waktu yang sangat panjang
karena alamnya memang mengondisikan demikian.
Sebaliknya, di luar kondisi ekstrem tersebut orangtua tak
perlu khawatir apakah bayi mendapatkan DHA dalam jumlah yang cukup. Mengapa?
Tak lain karena kebutuhan tersebut akan terpenuhi dari komposisi gizi seimbang
dalam konsumsi makanan sehari-hari.
Jumlah DHA yang direkomendasikan oleh WHO/FAO adalah 20 mg
DHA per kg berat bayi. Bila bayi rutin mendapat ASI maka DHA yang dikonsumsi
sudah cukup untuk memenuhi standart WHO/FAO yaitu sekitar 21 mg DHA per kg
berat bayi.
Mom
naila yang perlu dimengerti, kandungan tambahan ini hanya akan efektif
berfungsi bila bersinergi dengan zat gizi lainnya. Misalnya kandungan AA-DHA
akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak.
Jadi yang terpenting dari makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah zat gizi
utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Jika
kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa
manfaatnya. Disisi lain yang perlu diperhatikan adalah perbandingan DHA dan AA.
Tingginya kadar DHA dalam darah memang akan mengurangi pembentukan AA, yang
pada beberapa kasus dilaporkan terjadi perdarahan atau hemolisis (pecahnya sel
darah merah). Nah, di sinilah letak bahaya jika kadar DHA dalam darah terlalu
tinggi. Oleh sebab itu, dalam mengonsumsi makanan perlu diperhatikan
komposisi/perbandingan asam linoleat dengan asam linolenat, yaitu 5:1 sampai
dengan 15:1. Sedangkan perbandingan DHA:AA antara 1:1 sampai 1:2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar