Sabtu, 21 Juli 2012

“Kebanyakan DHA, Apa akibatnya?”


Tanya:
Saya Mom dari Naila (16 bulan). Benarkah terlalu banyak DHA tidak bagus untuk
anak? Apa akibatnya bila terlalu banyak DHA? Sebenarnya untuk anak seumur Naila
berapa jumlah DHA yang diperlukan sebab setiap merek susu formula DHA nya
berbeda? Lantas seberapa besar manfaat yang bisa didapat untuk anak seusia Naila?
Mohon penjelasannya. Terimakasih

Jawab:
DHA ( Asam Dokosaheksaenoat) adalah asam lemak tidak jenuh ganda rantai panjang Ώ-3. DHA merupakan lemak utama pembentuk otak, retina mata dan jantung. DHA sangat diperlukan terutama pada periode perkembangan otak yang sangat cepat (selama hamil – 18 bl setelah kelahiran). DHA membantu bayi untuk mengkoordinasikan antara mata dan tangan, mengembangkan kemampuan motorik serta meningkatkan focus / perhatian. DHA juga membantu bayi untuk tidur dengan lebih nyenyak.
Saat ini banyak produk makanan dan minuman untuk anak yang mendapatkan tambahan DHA. DHA sebenarnya hanyalah komponen terkecil dari asam lemak. Tubuh anak pada dasarnya bisa membuat sendiri sejauh ia mengonsumsi asam lemak tak jenuh atau asam linolenat dan asam linoleat sebagai prekursornya.
Asam linolenat (Omega-3) dan asam linoleat (Omega-6) adalah asam lemak tak jenuh berantai panjang yang menggunakan enzim sama (elongase dan desaturase) untuk menghasilkan DHA (dari linolenat) dan AA (dari linoleat). Keduanya bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, hingga harus ada asupan dari makanan. Sumber asam linoleat antara lain minyak jagung, minyak bunga matahari, minyak kapas, minyak kacang, minyak wijen, dan lain- ain. Sedangkan, sumber asam linoleat dan linolenat antara lain kacang merah, kacang kedelai, minyak kedelai.
DHA yang diperlukan oleh balita dipenuhi dari air susu ibu selain itu juga dapat diperoleh dari asam-asam lemak esensial, dari nabati dan hewani (telur , kedelai, ikan dan produk olahannya termasuk minyak ikan) yang dikomsumsi ibu sejak ia hamil. Bila ibu pada saat hamil rajin mengkomsumsi lemak esensial ini, pembentukan DHA dan AA pada bayi akan terbentuk dengan sendirinya karena asam-asam lemak esensial ini merupakan perintis DHA dan AA. Ensim yang berfungsi untuk proses biosintesa asam-asam lemak esensial menjadi DHA dan AA sudah tersedia di sistem syaraf pusat dan hati di janin dan bayi.
British Nutrition Foundation, ESPGAN (European Society for Pediatric Gastroenterology and Nutrition), WHO (World Health Organization) dan FAO(Food Agriculture Organization) merekomendasikan penambahan DHA dan AA hanya perlu untuk susu formula bayi prematur. Secara teoritis dan bukti klinis penambahan tersebut hanya bermanfaat untuk bayi prematur.
Sedangkan Canadian Joint Working Group and US committee dan American Academy for Pediatric belum merekomendasikan pemberiannya pada susu formula bayi, karena keterbatasan pengalaman klinik dan saat ini sedang dilakukan penelitian untuk jangka panjang. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan hasil bermanfaat tetapi banyak penelitian lain menunjukkan tidak terbukti manfaatnya untuk kecerdasan bayi.
Sampai sejauh ini, memang tak ada keharusan bagi orang tua untuk memberikan susu dengan tambahan zat ekstra tersebut dan juga tak ada larangan karena memang tidak berbahaya. Toh, jika kandungan tersebut tidak digunakan oleh tubuh, maka akan terbuang dengan sendirinya. Apalagi risiko kelebihan ini kecil kemungkinannya terjadi karena kadarnya sudah diperhitungkan. Lain hal kalau kandungan tersebut dikonsumsi dalam bentuk suplemen misalnya, risiko kelebihan bisa saja terjadi.
Orangtua sebenarnya tidak perlu kelewat cemas. Kasus kelebihan DHA seperti yang dialami orang Eskimo merupakan contoh ekstrem. Mereka mengonsumsi ikan setiap hari dalam rentang waktu yang sangat panjang karena alamnya memang mengondisikan demikian.
Sebaliknya, di luar kondisi ekstrem tersebut orangtua tak perlu khawatir apakah bayi mendapatkan DHA dalam jumlah yang cukup. Mengapa? Tak lain karena kebutuhan tersebut akan terpenuhi dari komposisi gizi seimbang dalam konsumsi makanan sehari-hari.
Jumlah DHA yang direkomendasikan oleh WHO/FAO adalah 20 mg DHA per kg berat bayi. Bila bayi rutin mendapat ASI maka DHA yang dikonsumsi sudah cukup untuk memenuhi standart WHO/FAO yaitu sekitar 21 mg DHA per kg berat bayi.
Mom naila yang perlu dimengerti, kandungan tambahan ini hanya akan efektif berfungsi bila bersinergi dengan zat gizi lainnya. Misalnya kandungan AA-DHA akan berfungsi baik bila bersinergi dengan zat besi dalam pembentukan otak. Jadi yang terpenting dari makanan dan minuman yang dikonsumsi adalah zat gizi utamanya, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Jika kebutuhan dasar gizi sudah tercukupi, maka zat ekstra ini baru akan terasa manfaatnya. Disisi lain yang perlu diperhatikan adalah perbandingan DHA dan AA. Tingginya kadar DHA dalam darah memang akan mengurangi pembentukan AA, yang pada beberapa kasus dilaporkan terjadi perdarahan atau hemolisis (pecahnya sel darah merah). Nah, di sinilah letak bahaya jika kadar DHA dalam darah terlalu tinggi. Oleh sebab itu, dalam mengonsumsi makanan perlu diperhatikan komposisi/perbandingan asam linoleat dengan asam linolenat, yaitu 5:1 sampai dengan 15:1. Sedangkan perbandingan DHA:AA antara 1:1 sampai 1:2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar